AMBON,Tikmalukunews.com – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membuka secara resmi Konferensi Daerah (Konferda) dan Konferensi Cabang (Konfercab) PDI Perjuangan se-Provinsi Maluku yang digelar di Hotel Santika Premiere, Ambon, Minggu (2/11).
Kegiatan yang mengusung tema “Kedaulatan Maritim Maluku, Jalan Politik Kerakyatan Menuju Keadilan Sosial” ini menjadi momentum konsolidasi penting bagi seluruh kader partai banteng moncong putih di wilayah timur Indonesia.
Konferda yang juga dirangkai dengan Konfercab Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Kota Ambon ini dihadiri jajaran DPP, DPD, serta ratusan kader dari berbagai tingkatan. Dalam forum itu, Hasto menyampaikan pesan khusus dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tentang pentingnya disiplin ideologi, semangat gotong royong, dan loyalitas kader terhadap cita-cita partai.
“Pak Komar mendapat tugas berat dari Ibu Ketua Umum. Ia bertanggung jawab mendisiplinkan seluruh kader, melakukan klarifikasi atas mandat kemenangan yang diberikan partai. Sebab, sebagai partai ideologis yang berlandaskan Pancasila, disiplin adalah kunci: disiplin berpikir, disiplin berorganisasi, disiplin berkomunikasi, dan disiplin waktu,” tegas Hasto dalam sambutannya.
Ia menekankan, PDI Perjuangan tidak hanya sekadar partai politik yang memperebutkan kekuasaan, melainkan rumah ideologis yang melahirkan kader-kader pelopor. Karena itu, Sekolah Partai menjadi ruang penting untuk menyiapkan generasi penerus yang memahami ajaran Bung Karno dan nilai-nilai nasionalisme yang sejati.
“Kita ingin setiap kader layak menyebut diri sebagai bagian dari partai pelopor. Itu hanya bisa dicapai bila seluruh struktur bekerja dengan disiplin dan kesadaran ideologis yang kuat,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Hasto juga menyinggung persoalan ketenagakerjaan dan pelanggaran HAM yang masih kerap terjadi. Ia mengapresiasi kiprah Ketua DPP Bidang Ketenagakerjaan dan Pekerja Migran, Mercy Barends, yang juga menjabat Sekretaris DPD PDIP Maluku, karena dianggap konsisten memperjuangkan hak-hak pekerja.
“Persoalan kemanusiaan dan keadilan sering kali terpinggirkan. Ibu Mercy memberi perhatian besar pada hal ini, karena konstitusi menegaskan setiap rakyat Indonesia berhak atas penghidupan yang layak,” tutur Hasto.
Menurutnya, keberpihakan terhadap kaum buruh dan pekerja adalah bagian dari jati diri partai. “Bung Karno selalu menempatkan kemanusiaan sebagai pusat politik. Itulah yang harus terus kita rawat,” tambahnya.
Hasto menegaskan bahwa Konferda bukan hanya forum seremonial, melainkan sarana melakukan otokritik terhadap perjalanan partai selama lima tahun terakhir. Ia meminta agar seluruh kader tidak terjebak pada rutinitas politik, tetapi menjadikan forum ini sebagai refleksi ideologis.
“Kita adalah partai yang dipercaya rakyat. Karena itu, kita harus terus melakukan pembenahan diri. Struktur partai harus mampu menjabarkan jati diri kita sebagai murid Bung Karno dan Ibu Megawati, sekaligus menentukan arah masa depan bangsa,” ujar Hasto.
Ia juga mengingatkan pentingnya menyiapkan kader dengan kapasitas manajerial, kemampuan memecahkan konflik, serta integritas tinggi. Dalam proses pemilihan pengurus, PDI Perjuangan menerapkan pendekatan meritokrasi yang menilai aspek psikologis, kemampuan, dan loyalitas calon pengurus.
“Ketua, sekretaris, bendahara, hingga jajaran pelaksana harus dipilih bukan karena kedekatan, tapi karena kemampuan dan dedikasi. Kekuatan partai bukan pada figur, tapi pada kolektivitas dan sistem yang kokoh,” tegasnya.
Dalam pidatonya yang bernuansa ideologis, Hasto mengulas pemikiran Bung Karno mengenai geopolitik dan kedaulatan maritim. Ia menilai, Maluku memiliki peran strategis sebagai poros maritim nasional yang menatap Samudra Pasifik.
“Bung Karno sudah menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa kepulauan terbesar di dunia. Dari Sabang sampai Merauke bukan sekadar wilayah, tapi satu jiwa kebangsaan. Karena itu, pembangunan di Maluku harus berorientasi pada kekuatan laut,” kata Hasto.
Ia bahkan menyinggung Universitas Pattimura yang sejak awal didesain oleh Bung Karno sebagai pusat pendidikan kelautan dan oseanografi di kawasan timur Indonesia. “Warisan pemikiran Bung Karno tentang maritim harus kita hidupkan kembali, agar Maluku menjadi simpul kebangkitan maritim Nusantara,” tambahnya.
Lebih jauh, Hasto mengingatkan bahwa sejarah perjuangan bangsa selalu digerakkan oleh kaum muda. Ia mencontohkan, Bung Karno yang memimpin perjuangan sejak usia muda, serta Megawati Soekarnoputri yang bergabung dalam PDI pada usia 39 tahun dan memimpin partai di masa-masa sulit.
“Anak-anak muda harus berani menjadi pelopor dan pemikir. Mereka adalah masa depan partai dan bangsa,” ujarnya.
Hasto menyebut, generasi muda kini menuntut transparansi dan partisipasi aktif dalam politik. Karena itu, partai harus beradaptasi dengan membangun kanal aspirasi digital yang komunikatif, membuka ruang kolaborasi, dan tidak hanya terjebak pada kegiatan seremonial.
“Partai harus menjadi pendengar yang aktif. Kita harus membumi, merangkul aspirasi anak muda, dan menjadikan politik sebagai ruang pengabdian, bukan sekadar kompetisi,” tegasnya.
Menutup sambutannya, Hasto menyampaikan pesan langsung dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri agar proses penyusunan struktur partai memperhatikan loyalitas dan integritas kader.
“Jangan masukkan mereka yang mudah berpaling ke partai lain. Kita butuh kader yang berani menyuarakan kebenaran, bukan yang takut bersikap. Perempuan juga menjadi elemen penting, karena perempuan adalah sumber peradaban,” ucap Hasto.
Ia juga menegaskan arahan Megawati agar musyawarah partai tidak hanya digelar di ibu kota kabupaten, tetapi menjangkau kecamatan hingga ranting sebagai wujud nyata gerakan partai ke akar rumput.
“Struktur kita demokratis. Yang membedakan hanya tanggung jawab dan wilayah kerja, bukan kedudukan. Dari DPP hingga anak ranting, semuanya punya peran penting menjaga ideologi dan martabat partai,” tutup Hasto disambut tepuk tangan kader.
Dengan semangat ideologis itu, Konferda PDIP Maluku diharapkan melahirkan kepemimpinan baru yang solid, progresif, dan berjiwa maritim—selaras dengan cita-cita Bung Karno dan pesan Ibu Megawati untuk terus merawat pertiwi dari ujung timur Indonesia.(TMN-01)
