Ambon,Tikmalukunews.com- Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Ambon menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan pendidikan.
Di tengah tingginya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di madrasah tersebut, keterbatasan sarana prasaranaterutama ruang kelas, dan masih menjadi kendala utama.
Setiap tahun, jumlah pendaftar di MTs Negeri Ambon berkisar antara 500 hingga 600 siswa. Namun, hanya sekitar 300 siswa yang bisa diterima karena jumlah ruang kelas yang tersedia tidak mencukupi, bahkan beberapa ruangan mengalami kerusakan berat dan sudah tidak layak digunakan.
“Kami memiliki empat ruang kelas di bagian belakang yang kondisinya rusak parah. Ruangan-ruangan ini sudah tidak bisa lagi digunakan untuk proses belajar-mengajar,” ungkap Kepala MTs Negeri Ambon, Riyadi Kamis, saat ditemui media ini, Senin (22/9).
Pihak madrasah telah mengusulkan permohonan bantuan pembangunan melalui program Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Harapannya, pada tahun 2026, bantuan tersebut bisa terealisasi untuk memperbaiki atau mengganti ruang-ruang yang rusak.
“Usulan awal kami adalah pembangunan tiga ruang kelas dengan dua lantai, sesuai standar SBSN. Namun, secara teknis, nomenklatur anggaran hanya memungkinkan dua ruang kelas dua lantai. Tentu ini belum cukup menutupi kebutuhan yang ada,” jelas Riyadi.
Sementara kondisi keterbatasan fasilitas ini memaksa pihak sekolah untuk mengurangi jumlah penerimaan siswa baru setiap tahunnya, meski permintaan terus meningkat. Hal ini bahkan menjadi sorotan dari berbagai pihak, mulai dari orang tua, masyarakat, hingga internal madrasah.
“Banyak orang tua kecewa karena anak-anak mereka tidak bisa diterima. Bukan karena tidak memenuhi syarat, tapi karena ruang belajar tidak cukup,” ujar Riyadi.
Selain masalah fisik gedung, MTs Negeri Ambon juga sedang mengembangkan sistem pembelajaran berbasis digital. Pihak madrasah telah memfasilitasi guru dan siswa dengan perangkat pendukung, namun tantangan baru muncul: kesiapan sumber daya manusia.
“Kami mendorong para guru untuk menyiapkan bahan ajar digital yang menarik, agar siswa lebih fokus belajar dan tidak terdistraksi oleh gawai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat,” kata Riyadi.
Ia menambahkan, pembinaan guru dilakukan secara bertahap. Namun dibutuhkan komitmen bersama antara guru, siswa, dan orang tua agar proses digitalisasi pembelajaran dapat berjalan maksimal.
“Keterbatasan yang ada jangan sampai menjadi penghalang. Justru harus menjadi pemicu untuk terus berbenah dan berinovasi,” tutup Riyadi.
Catatan Redaksi, MTs Negeri Ambon merupakan salah satu madrasah unggulan di Kota Ambon yang setiap tahun mencatatkan peningkatan jumlah pendaftar. Namun, minimnya dukungan infrastruktur mengancam kelangsungan kualitas pendidikan yang ditawarkan. Diperlukan perhatian lebih lanjut dari pemerintah dan pemangku kebijakan agar akses pendidikan yang berkualitas dapat merata dan inklusif.(TMN-01)














